IASDABA Akan Menggelar Seminar Internasional Membahas Kawasan Danau Toba

seminar internasional Danau Toba

topmetro.news – IASDABA akan menggelar sebuah seminar internasional untuk membahas Danau Toba. Seminar bertema ‘Pembangunan Kawasan Danau Toba Berbasis Budaya Daerah’ itu akan berlangsung pada 11 September mendatang. IASDABA sendiri adalah sebuah organisasi yang concern dengan keberadaan Danau Toba.

Beberapa pembicara akan mengisi seminar yang akan berlangsung secara virtual tersebut. Antara lain, Prof Dr Uli Kozok MA dari USA dan Dr Guiseppina Monaco dari Italia. Sementara dari dalam negeri ada Prof Dr Robert Sibarani MS (Direktur Sekolah Pascasarjana USU) sebagai pembicara. Moderator seminar adalah seorang pengusaha sukses yang juga selalu memberi perhatian terhadap Danau Toba, yakni Drs Tigor Tampubolon.

Selain pembicara hebat, acara juga akan menghadirkan Direktur Utama BPODT Arie Prasetyo, GM BPGKT Dr Ir Wan Hidayati MSi, unsur pemerintah dari tujuh kabupaten di Kawasan Danau Toba, peneliti dan pemerhati Danau Toba serta tokoh komunitas lokal dan tokoh agama.

Keragaman Adat Budaya

Kepada media, Prof Dr Robert Sibarani MS yang juga ketua panitia seminar mengutarakan, bahwa keanekaragaman budaya daerah Kawasan Danau Toba merupakan kekuatan kultural sebagai daya tarik untuk wisatawan. Apalagi dengan penetapan Kaldera Toba sebagai anggota Unesco Global Geopark (UGG), maka katanya, saatnya semua pihak memberi perhatian pada keanekaragaman budaya sebagai daya tarik wisata Kaldera Toba.

“Dengan demikian, pemerintah daerah dan pengelola Kaldera Toba atau pengelola Danau Toba sangat perlu melibatkan kajian-kajian akademis ahli budaya dan merekrut lulusan-lulusan perguruan tinggi yang berlatar kebudayaan untuk membenahi Kawasan Danau Toba,” sebutnya.

Menurutnya, ada harapan pada masa mendatang, bahwa pengembangan Kawasan Danau Toba akan semakin nyata dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal apabila mendapat pengelolaan dengan baik. Pengelolaan potensi budaya daerah pada Kawasan Danau Toba dapat melibatkan para akademisi berlatar belakang budaya dan merekrut para alumni yang berlatar belakang budaya dari Fakultas Ilmu Budaya USU.

Harapan Seminar

Sedangkan mengenai rencana ‘IASDABA’ membuat seminar, katanya, adalah berdasarkan keinginan berbuat baik untuk Kawasan Danau Toba. Prof Robert pun berharap, agar keinginan itu dapat tersiar dan tersampaikan dengan baik kepada masyarakat.

“Ini adalah seminar oleh IASDABA dengan harapan, sesuai dengan namanya, akan tercipta Danau Toba yang ‘ias’ (bersih). Kemudian, bagaimana agar pengelolaan Kaldera Danau Toba berbasis budaya. Yang artinya berbasis budaya tujuh daerah pada Kawasan Danau Toba, antara lain, Samosir, Simalungun, Humbahas, Toba, Taput, Karo, dan Dairi,” paparnya.

Harus disyukuri, kata Prof Robert, bahwa di dunia ini, danau terindah adalah Danau Toba. “Diciptakan oleh Tuhan melalui letusan Gunung Toba. Jadi keindahan itu bisa menjadi atraksi selain penampilan budaya. Juga soal tumbuhan yang sebenarnya unik, seperti andaliman. Demikian juga dengan hayati yang unik seperti ihan, pora-pora, yang tidak ada pada daerah lain,”sebutnya.

“Tapi yang jadi pokok seminar adalah daya pikat keberagaman budaya. Dan budaya ada yang muncul dari beradaban dan ada yang dari dalam pribadi kita masing-masing. Dan semua sebaiknya terkemas dengan maksimal. Munculkan kebaikan-kebaikan. Artinya, mari kita pelihara karakter kebaikan dengan kekuatan media. Kalau bukan kita lagi mengapresiasi Danau Toba, lalu siapa lagi?” katanya.

Profesor berharap, seminar internasional itu akan menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi Kawasan Danau Toba yang hebat. “Materinya hebat, pembicara hebat, dan yang jadi pembicaraan juga hebat. Ini akan menjadi sesuatu kombinasi yang benar-benar hebat,” katanya.

Keterbukaan Orang Batak

Sementara Sekretaris Panitia Seminar Tigor Tampubolon, berharap, hasil dari seminar ini bisa menjadi pedoman bagi pemerintah dalam memajukan kawasan masing-masing. Termasuk tentunya Kawasan Danau Toba.

Tidak lupa Tigor mengingatkan, bahwa sebenarnya Orang Batak adalah penjamu tamu yang baik. Dan tentunya ini akan sangat sinkron dengan Kawasan Danau Toba yang butuh kunjungan pendatang (tamu).

“Ada istilah dalam Orang Batak yaitu ‘maramak na so balunon’. Ini bermakna, bahwa Orang Batak selalu terbuka untuk tamu. Suka menjamu tamu dan selalu bersikap hangat kepada tamu. Kalau ini benar-benar dijalankan, maka pendatang atau turis tentunya akan menjadi betah dan rindu untuk datang kembali,” urainya.

Kekayaan Budaya

Salah satu bakal narasumber seminar internasional tersebut, Prof Dr Uli Kozok MA menilai, pemerintah daerah di Kawasan Danau Toba perlu bekerja sama dan bersinergi membangun dan mengembangkan fasilitas/infrastruktur dan Budaya Batak secara berkesinambungan. Sehingga mampu mendorong peningkatan wisata dalam negeri maupun mancanegara ke Sumut khususnya Danau Toba.

“Saya melihat kedua faktor ini yang perlu segera dilakukan agar pembangunan Kawasan Danau Toba berbasis budaya daerah dapat diwujudkan,” kata profesor peneliti naskah dan Sastra Batak yang tinggal di Hawaii USA ini, ketika dihubungi wartawan lewat telepon selular, kemarin.

Prof Uli Kozok MA yang pernah mendiami Kawasan Danau Toba selama tujuh tahun itu sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan ‘IASDABA’ untuk mengadakan seminar.

Alumni pendidikan doktor University of Hamburg Jerman ini mengatakan, Kebudayaan Batak sangat kaya, menarik, dan beraneka ragam. Dalam Kawasan Danau Toba, ada Karo, Simalungun, Toba, Dairi dll, dan ini sangat berpotensi menarik wisatawan.

Akan tetapi pemda setempat harus memberikan perhatian pada potensi budaya itu dan juga merekrut ahli-ahli budaya terutama lulusan perguruan tinggi yang berlatar belakang budaya. Sehingga betul-betul memahami Kebudayaan Batak.

“Terutama untuk pernaskahan, maka Orang Batak seharusnya tahu mana pohon yang bisa digunakan untuk ‘laklak’ itu. Ini menjadi daya tarik yang luar biasa bagi wisatawan. Tetapi pemda harus betul-betul merawat ini, memberikan perhatian dan merekrut orang-orang akademisi budaya dari universitas untuk merawat itu,” tambah Prof Uli Kozok.

Senang ke Danau Toba

Prof Uli Kozok menambahkan, umumnya wisatawan mancanegara/Eropa senang ke Danau Toba. Mereka suka berenang, menyelam, berperahu, kayak, dan kegiatan lainnya. Untuk itu pemda pada Kawasan Danau Toba harus menyiapkan fasilitas sesuai standar internasional.

“Fasilitas ini yang kurang, sehingga wisatawan hanya tinggal sampai tiga hari saja dan selanjutnya mereka ke Bali yang memiliki fasilitas standar internasional,” tandas Prof Uli Kozok.

Selain itu, perlu ada persiapan yang matang terkait prasarana pendukung wisata Danau Toba. Seperti kapal pesiar dengan jadwal perjalanan rutin. Misalnya setiap dua jam ada perjalanan kapal pesiar dari Bakkara ke Samosir.

“Ini memang memerlukan biaya besar. Tetapi kalau ini sudah berjalan maka wisatawan akan ramai ke Danau Toba dan biaya pengadaan kapal pesiar itu akan terpenuhi secepatnya,” tambah Prof Uli Kozok yang mertuanya Orang Medan ini.

Rindu jadi Orang Batak

Sementara bakal narasumber lainnya, Guiseppina Monaco, mengaku sangat tertarik akan Budaya Batak. Lalu senada dengan Prof Uli Kozok, Dr Guiseppina mengharapkan ada sinergi berbagai pihak pemerintah maupun swasta untuk membangun fasilitas yang baik. Juga ada pengembangan Budaya Batak untuk jadi daya tari bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

“Salah satu yang penting dilakukan adalah pemda dan ahli-ahli budaya perlu segera mengidentifikasikan cagar budaya yang layak dikunjungi wisatawan. Jadi perlu kerja sama pemda dengan ahli budaya seperti ‘IASBADA’ untuk mewujudkannya,” tutur Guiseppina yang sudah sering berkunjung ke Kawasan Danau Toba itu.

Menurut doktor dari University of Naples ‘L’Orientale’ Italy ini ketertarikannya dengan Budaya Batak membuatnya mau jadi Orang Batak. “Sebetulnya Oktober lalu saya sudah berencana ke Danau Toba sekaligus menobatkan dirinya sebagai Marga Sibarani. Tapi karena pandemi hal itu diurungkan. Paspor untuk Bapak/Ibuku sudah disiapkan untuk ke Indonesia (Sumut). Tapi karena pandemi ini, saya undurkan,” katanya.

Dr Guiseppina mengaku, panorama Danau Toba khususnya Bakkara dan Tipang Kabupaten Humbahas sangat mempesona. Keindahan Danau Toba tidak kalah dengan Bali, tambahnya, seraya menyebut, akan mengajak kaum muda milenial dari Eropa mengunjungi Danau Toba.

reporter | Jeremi Taran

Related posts

Leave a Comment